
Perbedaan Intelegensi & IQ
Publish Date: 16 September 2020

Di sekolah, kita sering diberikan tugas oleh guru. Tingkat kesulitan dari masing-masing tugas yang diberikanpun beragam. Kecepatan kita dalam mengerjakan dan memahami tugas yang diberikan pun beragam. Ada yang cepat paham meskipun hanya dijelaskan satu kali, ada yang butuh dijelaskan lebih dari satu kali, bahkan ada pula yang harus memutar otak banget buat memahami tugas yang diberikan tersebut meskipun sudah dijelaskan beberapa kali.
Kira-kira, kenapa ya kemampuan memahami setiap orang berbeda-beda?
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami tugas yang diberikan adalah taraf intelegensi orang tersebut. Taraf intelegensi setiap orang berbeda-beda, sehingga kemampuan setiap orang dalam memahami permasalahan juga berbeda-beda. Menurut para ahli, intelegensi sendiri memiliki beragam pengertian. Berikut beberapa pengertian intelegensi menurut para ahli.
​
-
Alfred Binet dan Theodore Simon menjelaskan bahwa intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan mengubah arah tindakan bila telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.
-
Lewis Madison Terman, mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
-
David Weschler menyatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dalam mencapai tujuan, berpikir rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif.
Jadi, secara umum intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional maupun abstrak. Dalam jurnal berjudul Intelligence karya Robert J. Sternberg, PhD., dijelaskan bahwa intelegensi adalah kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalaman dan beradaptasi menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam jurnal tersebut disebutkan juga bahwa intelegensi merupakan bagian biologis manusia yang berasal dari otak, khususnya fungsi otak pada prefrontal cortex, dan intelegensi juga berhubungan dengan ukuran otak seseorang.
Dalam psikologi, terdapat beberapa teori dari para ahli mengenai intelegensi. Berikut penjelasan mengenai teori-teori tersebut.
​
-
Lewis Terman: menurut Terman, intelegensi merupakan satu kemampuan tunggal yang disebut usia mental yaitu kemampuan yang seharusnya dimiliki rata-rata anak pada usia tertentu. Selain itu, dia juga mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak. Selain usia mental, ada juga usia kronologis yang berarti usia anak menurut perhitungan kalender. Ukuran intelegensi (IQ) menurut teori ini merupaan rasio perbandingan antara usia mental dengan usia kronologis.
-
Charles Spearman: menurut Spearman, kecerdasan dibagi menjadi 2, yaitu kecerdasan umum dan kecerdasan khusus. Sehingga intelegensi terdiri dari 2 faktor, 1) faktor umum yang mendasari semua tingkah laku, 2) faktor khusus yang mendasari tingkah laku tertentu.
-
Louis L. Thurstone: teori Thurstone dikenal sebagai teori yang meliputi 7 faktor, yaitu penalaran verbal (V), kelancaran kata (W), angka (N), ruang (S), memori asosiatif (M), kecepatan perseptual (P), serta induksi atau penalaran umum (R).
-
Howard Gardner: Gardner menyebutkan bahwa intelegensi merupakan kemampuan ganda (multiple intelligence), dan memandang bahwa kecerdasan manusia meliputi 7 macam kecerdasan. Gardner menganggap bahwa kecerdasan manusia itu beragam, dan masing-masing individu memiliki keunikan berbeda satu sama lain.
Dari teori di atas, dapat diketahui bahwa para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda terkait intelegensi. Namun, perlu kita ketahui bahwa intelegensi ini mempengaruhi kecepatan kita dalam memahami permasalahan di kehidupan sehari-hari. Tingkat intelegensi seseorang dapat diukur dengan menggunakan beberapa jenis tes. Bentuk dari hasil tes intelegensi yang berupa angka dapat kita sebut sebagai IQ (Intelligence Quotient). IQ dapat mengalami kenaikan ataupun penurunan dalam kurun waktu tertentu, namun masih berkisar diantara batas tertinggi dan batas terendah pada rentang tertentu dalam skala IQ. IQ sendiri adalah angka normatif dari hasil tes intelegensi yang dinyatakan dengan rasio.
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang, yaitu faktor hereditas atau keturunan, serta faktor lingkungan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa intelegensi berasal dari faktor bawaan atau herediter. Namun, meskipun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, intelegensi tidak dapat terlepas dari otak. Sedangkan, perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan penting pada intelegensi seseorang. Sehingga, pengaruh faktor herediter dan pengaruh lingkungan tempat seseorang berada akan bersama-sama membentuk sifat, karakter, dan kapasitas intelegensi seseorang, sehingga antara orang yang satu dengan lainnya memiliki tingkat intelegensi yang tidak sama persis.
Intelegensi memang menunjukkan kecepatan seseorang dalam memahami permasalahan, namun bukan berarti seseorang dengan tingkat intelegensi tertentu, tidak bisa memahami permasalahan yang sama. Hanya saja, pada beberapa jenis permasalahan, setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda dalam memahami permasalahan tersebut. So, jangan terpaku pada hasil tingkat intelegensi ya, semua orang bisa asal mau berusaha. Yuk tetep semangat untuk belajar memahami sesuatu.
Source:
-
Purwanto. (2010). Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. STAIN Surakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010.
-
Sternberg, RJ. (2012). Intelligence. Dialogues in Clinical Neuroscience- Vol. 14, No. 1, 2012.
-
Pratiwi, AD. (2011). BAB II Kajian Teori. Digilib.uinsby.ac.id
-
Fatmawiyati, J. (2018). Telaah Intelegensi. Artikel Program Magister Psikologi Universitas Airlangga.